Memahami kumpulan puisi valentine tiga penyair Bandung, Benterang: Puisi Apa Adanya, Bogor: SIA, 2009, bermakna mengurai dan memahami asal kata dari Benterang itu sendiri. Yang dibangun dari kata bahasa Jawa, ben, yang artinya biar atau biarin; serta terang, yang artinya jelas apa adanya. Jadi ikon Benterang itu bermakna sesuatu, yang dalam hal iniTTK puisi, yang dibiarkan tampil apa adanya dalam penampilan dan ekspresi yang jelas lugu.
Semacam antipoda dari puisi gelap, atau puisi dengan idiom yang bertumpukan dan rumit berkelindan yang jadi trend puisi masa kini. Persis seperti yang dinyatakan dalam pengantar pendek yang membuat pembabakan kronologi sejarah sastra menjadi liukan periodesasi sastra Indonesia khas: Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan '45, dan kemudian Angkatan '70 yang fokus terpusat ke genre Puisi mBeling, dan ditutup dengan kelahiran gerakan muthakir Angkatan Benterang.
Hal yang dipertegas dalam pernyatakan berkop Mukadimah, yang sejajar dengan kredo puisi mBeling dari Remy Sylado dan Jeihan dulu, teks yang mendesakralisasi penyair dan demitologisasi puisi. Nyaris tidak ada yang membedakanya, karena aspek kenakalan usil intonasi yang menekankan ironi paralelisme fakta dan keluguan dalam menandai ilham puisi tetap dianut, meski kini lebih dengan penekanan pada kejujuran mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan dalam teks puisi.
Kejujuran mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan merupakan inti Etika dan Estetika. Dan Anton De Sumartana yang mewakili generasi penyair dekade 1970-an dan 1980-an dengan 33 puisi, Atasi Amin serta Matdon yang mewakili generasi penyair dekade 1990-an dan 2000-an dengan masing-masing 33 puisi. Maka tak usah heran bila 99 buah puisi Benterang itu seperti bermain dengan momentum kecil yang menyentakkan dalam kilasan minor yang membuat penyair tergugah, dan termotivasi mengungkapkannya dengan idiom yang langsung menunjuk kepada hal puitis yang mengagumkan itu.
Ambil puisi "Kangen" Matdon ini: bahkan anginpun / kusangka dirimu. Atau puisi "Kremasi" yang bermain dalam intonasi pro makna yang berbunyi: keramasi hatimu / kremasi kedengkianmu. Atau ironi dalam puisi "Bibirmu Laut" ini: aku ingin menciummu / tiga kali sehari / biar dahaku sirna // tapi bibirmu laut, setidaknya ketika cinta identik dengan pemuasan syahwat seperti yang diisyaratkan dalam sajak sebelumnya, puisi "Di Senyummu Kutemukan Sajak".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar